Senin, 25 April 2016

Cidera Olahraga

Cedera olahraga merupakan segala bentuk kegiatan melampaui batas ambang kemampuan tubuh sebagai akibat berolahraga. Secara fisiologi cedera olahraga terjadi akibat ketidak seimbangan antara beban kerja dengan kemampuan jaringan tubuh yang melakukan aktivitas olahraga

Cedera olahraga adalah cedera pada sistem integumen, otot dan rangka yang disebabkan oleh kegiatan olahraga.  penyebabnya ada 2 macam yaitu:
1.      Overuse injury
Overuse injury disebabkan oleh gerakan berulang yang terlalu banyak dan terlalu cepat.
2.      Traumatic injury
Traumatic injury disebabkan adanya benturan atau gerak melebihi kemampuan.
Cedera olahraga disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kesalahan metode latihan, kelainan struktural maupun kelemahan fisiologis fungsi jaringan penyokong dan otot (Bahr et al. 2003).
1.      Kesalahan Metode Latihan
Metode latihan yang salah merupakan penyebab paling sering cedera pada otot dan sendi. Beberapa hal yang sering terjadi adalah :
a.       Tidak dilaksanakannya pemanasan dan pendinginan yang memadai sehingga latihan fisik yang terjadi secara fisiologis tidak dapat diadaptasi oleh tubuh.
b.      Penggunakan intensitas , frekuensi, durasi dan jenis latihan yang tidak sesuai dengan keadaan fisik seseorang maupun kaidah kesehatan secara umum.
c.       Prinsip latihan overload sering diterjemahkan sebagai latihan yang didasarkan pada prinsip “no gain no pain” serta frekuensi latihan yang sangat tinggi. Hal ini tidak tepat mengingat rasa nyeri merupakan sinyal adanya cedera dalam tubuh baik berupa micro injury maupun macro injury. Pada keadaan ini tubuh tidak memiliki waktu untuk memperbaiki jaringan yang rusak tersebut (Stevenson et al.2000).
2.      Kelainan Struktural
Kelainan struktural bisa meningkatkan kepekaan seseorang terhadap cedera olah raga karena pada keadaan ini terjadi tekanan yang tidak semestinya pada bagian tubuh tertentu. Sebagai contoh, jika panjang kedua tungkai tidak sama, maka pinggul dan lutut pada tungkai yang lebih panjang akan mendapatkan tekanan yang lebih besar. Faktor biomekanika yang menyebabkan cedera kaki, tungkai dan pinggul adalah pronasi (pemutaran kaki ke dalam setelah menyentuh tanah).
Pronasi sampai derajat tertentu adalah normal dan mencegah cedera dengan cara membantu menyalurkan kekuatan menghentak ke seluruh kaki. Pronasi yang berlebihan bisa menyebabkan nyeri pada kaki, lutut dan tungkai. Pergelangan kaki sangat lentur sehingga ketika berjalan atau berlari, lengkung kaki menyentuh tanah dan kaki menjadi rata. Jika seseorang memiliki pergelangan kaki yang kaku, maka akan terjadi hal sebaliknya yaitu pronasi yang kurang. Kaki tampak memiliki lengkung yang sangat tinggi dan tidak dapat menyerap goncangan dengan baik, sehingga meningkatkan resiko terjadinya retakan kecil dalam tulang kaki dan tungkai (fraktur karena tekanan) (Gleimet al. 1997).
3.      Kelemahan Otot, Tendon dan Ligamen
Jika mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada kekuatan alaminya, maka otot,tendon dan ligamen akan mengalami robekan. Sendi lebih peka terhadap cedera jika otot dan ligamen yang menyokongnya lemah. Tulang yang rapuh karena osteoporosis mudah mengalami patah tulang (fraktkur). Latihan penguatan bisa membantu mencegah terjadinya cedera. Satu satunya cara untuk memperkuat otot adalah berlatih melawan tahanan, yang secara bertahap kekuatannya ditambah (Meeuwisse 1994).


Rabu, 06 April 2016

cidera disebabkan oleh Faktor Cooling down

  Faktor Cooling down
Pendinginan-down Diperdebatkan kurang dimanfaatkan dari dua, pendinginan-down yang tidak kalah penting dari pemanasan. Cool-down Latihan ini memungkinkan jantung untuk kembali ke kecepatan normal secara bertahap, adrenalin lebih rendah dan asam laktat tingkat mantap. Cool-down latihan termasuk peregangan disesuaikan mirip dengan joging pemanasan (tanpa mana otot-otot dapat dengan cepat menjadi kaku, berpotensi menyebabkan cedera jika diberikan lagi tanpa hati-hati), lembut dan berjalan (baik yang bekerja untuk mengembalikan proses sirkulasi tubuh dan temperatur kembali normal pada tingkat santai untuk menghindari pingsan dll)
Tidak ada rezim pemanasan atau pendinginan dapat menjamin bebas kecelakaan sesi pelatihan. Untuk masalah daerah, mungkin mempertimbangkan olahraga mendukung sebagai mitra untuk kegiatan pemanasan dan pendinginan. Dimana cedera olahraga yang bersangkutan, menggunakan akal sehat. Ada beberapa olahraga nyeri mendukung dan latihan persiapan tidak bisa membantu. Jika khawatir tentang masalah cedera atau kesehatan, selalu mencari pendapat medis profesional.
Saat kita berolahraga, otot yang bekerja akan meningkatkan kecepatan metabolismenya untuk berusaha memenuhi kebutuhan akan energi. Dari berbagai jenis metabolisme yang terjadi dalam otot, metabolisme yang dapat menghasilkan energi paling cepat adalah metabolisme yang tidak menggunakan oksigen.
Namun di lain pihak, metabolisme jenis ini akan menghasilkan sisa metabolisme berupa asam laktat. Penumpukan asam laktat di dalam otot ini adalah salah satu hal yang menyebabkan timbulnya rasa lelah pada otot. 
Dengan melakukan pendinginan, penumpukan asam laktat paska latihan akan berkurang. Kontraksi otot ringan yang terjadi pada saat kita melakukan pendinginan, akan membantu otot memompa aliran darah yang akan membawa asam laktat 'keluar' dari otot.
Saat berolahraga, tubuh kita juga akan merespon dengan meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah. Hal ini terjadi untuk meningkatkan penghantaran oksigen dan bahan bakar metabolisme ke otot-otot yang bekerja dan seluruh tubuh. Saat kita selesai berolahraga, maka frekuensi denyut jantung dan tekanan darah ini secara alami akan kembali turun. 
Namun penurunan ini tidak boleh terjadi secara terlalu cepat karena akan memberi dampak yang buruk bagi kesehatan jantung, atau bahkan dapat membahayakan sesorang yang memang sebelumnya mengalami masalah jantung. Di sinilah pendinginan memgang peranannya. 

Dengan pendinginan, kita akan menurunkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah secara lebih bertahap. Hal ini membantu Anda mendapatkan kembali kondisi tubuh yang maksimal setalah berolahraga.

Cidera disebabkan oleh Faktor Warming-Up

2.6     Faktor Warming-Up
Olahraga menjadi kenyataan yang penting dalam kehidupan manusia, hal ini disebabkan karena disamping menjadikan tubuh sehat olahraga dapat pula menjadikan harumnya nama bangsa maupun negara. Berolahraga pada umumnya melibatkan sekelompok otot maupun beberapa kelompok otot, yang pada gilirannya akan meninbulkan reaksi dari organ-organ tubuh untuk menyesuaikan diri. Proses penyesuaian diri tersebut akan sangat tergantung a) Stresor yaitu jenis aktivitas atau olahraga yang diiakukan, intensitas, waktu dan frekuensinya. b) Oganik yaitu factor-faktor yang dimiliki orang yang bersangkutan sehingga memberi kemungkinan untuk mencapai tingkat kemampuan penyesuaian fungsional yang lebih tinggi. c) Keadaan lingkungan termasuk di dalamnya ketinggian tempat tinggal, panas dan dingin.
Reaksi penyesuaian diri dapat berbentuk sebuah jawaban sewaktu dan atau jawaban adaptasi dari organ-organ tubuh. Jawaban sewaku merupakan perubahan fungsi fisiologis yang bersifat sementara. Perubahan-perubahan ini akan hilang dan kembali asal setelah aktivitas tubuh tersebut berhenti sedangkan jawaban adaptasi merupakan perubahan struktur atau fungsi fisiologis yang bersifat relatif lebih menetap. Memperhatikan tekad untuk membangun manusia sesuai dengan kodratnya yang terdiri atas jiwa dan raga maka persiapan sebelum melakukan kegiatan olahraga atau aktivitas fisik memerlukan persiapan baik jasmani maupun rohani, hal ini memungkinkan tidak akan terjadi cedera pada saat berolahraga karena adanya kesiapan sebelumnya. Persiapan-persiapan tersebut dapat berbentuk penguluran {stretching) dan pemanasan {warming-up).
Pemanasan {warming up) merupakan sekolompok gerakan yang dilakukan pada saat hendak melakukan aktivitas olahraga. Dengan melakukan pemanasan diharapkan akan memberikan penyesuaian pada kondisi tubuh dari keadaan istirahat (rileks) sebelum melakukan aktivitas olahraga. Seiain itu, dengan pemanasan dapat memperbaiki penampilan serta mengurangi kemungkinan terjadinya cidera. Pemanasan yang biasa diiakukan sebelum latihan menyebabkan berbagai hal sebagai berikut:
1. Pelepasan adrenaline
2. Peningkatan denyut jantung
- Memungkinkan oksigen di dalam darah berjalan dengan kecepatan lebih besar.
- Peningkatan produksi cairan synovial.
- Gerakkan sendi lebih efisien
3. Pembesaran kapiler
- Memungkinkan oksigen di dalam darah berjalan pada volume yang lebih tinggi.
4. Peningkatan temperatur di dalam otot
5. Penurunan viskositas darah
6. Memudahkan aktivitas enzim
7. Elastisitas otot lebih besar
8. Peningkatan kekuatan dan kecepatan kontraksi
9. Peningkatan metabolisme otot
- Persediaan energi melalui penguraian glikogen
10. Peningkatan kecepatan penghantaran impuls syaraf
(sumber: http://en.wikipedia.org/wiki).
Penguluran dan pemanasan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengadakan perubahan - perubahan fisiologis dalam tubuh dan menyiapkan organ-organ dalam untuk mengahadapai aktivitas tubuh yang lebih berat. Assmusen dan Boje (1945:10:1) merupakan orang pertama yang mengadakan penelitian yang berhubungan dengan kegunaan penguluran dan pemanasan. kemudian diikuti oleh penemuan-penemuan yang lain sehingga dapat memberikan jawaban tentang kegunaan penguluran dan pemanasan sebelum melakukan aktivitas yang lebih berat.
Pemanasan diperlukan oleh tubuh karena sistem yang ada bahwa tubuh selama istirahat memiliki inertia tertentu dan salah satu yang tidak dapat diharapkan adalah kenaikan efisiensi fungsi tubuh dengan segera. Kenaikan temperatur tubuh yang disebabkan karena pemanasan yang paling efektif adalah berkisar 2 - 3 °C atau sekitar 38 - 39 "C. Kenaikan temperature tubuh berasal dari panas yang dihasilkan oleh tubuh sebagai hasil dari metabolisme, setiap kenaikan 1 °C dapat mcningkatkan metabolisme sebesar 13 persen. Sumber utama panas adalah jaringan yang paling aktif yaitu: hati, kelenjar sekresi dan otot. Suhu masing-masing.
Jaringan dapat berbeda tergandung pada derajat aktivitas metabolismenya. kecepatan aliran darah dan perbedaan suhu dengan jaringan di sekitarnya. Menurut Karpovich (1956 : 1117 - 1119) stretching dan warming-up sangat dibutuhkan untuk menghindari terjadinya cedera otot dan sendi pada waktu melakukan aktivitas fisik yang berat sedan gkan menurut Klaf dan Arneim (1963:147) menyatakan bahwa dengan melakukan stretching dan warming-up sebelum melakukan olahraga yang melibatkan otot akan mengurangi terjadinya cedera hal ini disebabkan karena : a) terjadinya peningkatan suhu otot, b) teregangnya ikat sendi (ligament) dan c) aliran darah menjadi lancar. Menurut Devries (1962:222-229) peningkatan suhu tubuh dan otot akan memperbaiki penampilan hal ini disebabkan karena : a) otot akan berkontraksi dan berelaksasi lebih cepat. b) otot akan berkontraksi dengan lebih efisien karena viskositasnya lebih rendah, c) hemoglobin akan memberikan lebih banyak oksigen karena pelepasannya lebih mudah. d) proses metabolisme meningkat dan e) resistensi dinding pembuluh darah berkurang.
Menurut Fox dan Mathews (1981 440) meningkatnya temperature tubuh akibat pemanasan akan terjadi peningkatan-peningkatan : a) reaksi metabolisme meningkat, b) meningkatnya penggunaan oksigen menyebabkan sirkulasi darah meningkat, c) meningkatnya penghantaran impuis saraf sehingga kecepatan dan kekuatan kontraksi bertambah. Sedangkan menurut Jensen dan Schuits ( 1970 : 353 - 358) pemanasan yang
yang diiakukan dengan tepat akan memberikan pengaruh terhadap tubuh : a) koordinasi gerak menjadi lebih baik karena keleluasan gerak sendinya meningkat, b) terjadinya cedera otot dapat dihindari dan, c) membantu timbulnya second wind lebih awal terulama untuk olahraga yang memerlukan daya tahan. Menurut Lamb (1978 : 401) menyatakan bahwa seiain ditandai dengan meningkatnya suhu temperature tubuh pemanasan yang benar ditandai pula dengan meningkatnya ventilasi . Kenaikan ventilasi paru ini akibat kenaikan frekuensi pemapasan yang dalam keadaan istirahat berkisar antara 12-20 kali per menit, sedang dalam keadaan dapat mencapai 50 - 60 kali per menintnya. Ventilasi pada orang dewasa dalam keadaan istirahat 5- 8 liter per menit, sedangkan daiam keadaan olahraga berat yang berat ventilasi dapat meningkat sampai 130 liter per menil untuk wanita sedangkan untuk laki - laki dapat mencapai 180 liter per menit.
Pemanasan sebelum latihan atau berolahraga menyebabkan system saraf V pusat (CNS) akan terangsang sehingga koordinasi gerak dan reaksi gerak akan menjadi lebih baik. Brooks dan Fahey ( 1984 : 435 ) menyatakan bahwa setiap bentuk aktivitas fisik sebaiknya memuat adanya tiga komponen yaitu : a) pemanasan, b) inti dan c) pendinginan, dengan melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum latihan inti maka temperature tubuh akan meningkat dengan demikian akan memberikan keuntungan : a) proses metabolisme meningkat sehingga kecepatan kontraksi otot akan meningkat, b) curah jantung akan meningkat dan pembuluh darah akan melebar sehingga akan membantu mempercepat penyampaian oksigen ke jaringan dan viskositas darah menjadi menurun, c) sirkulasi darah dan oksigen meningkat sebelum latihan inti sehingga memungkinkan tersedianya oksigen di jaringan lebih cepat, dan d) mengurangi terjadinya cedera karena sudah terjadi kesiapan - kesiapan secara fisiologis untuk melakukan aktivitas.
Penguluran {stretching) dan pemanasan (warming-up) merupakan suatu proses yang bertujuan mengadakan perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh dan menyiapkan organ-organ dalam untuk menghadapi aktivitas-aktivitas yang akan diiakukan. Klaf dan Arneim (1963 :147) berpendapat bahwa dengan melakukan penguluran dan pemanasan yang benar sungguh sangat bermanfaat dalam; a) mencegah terjadinya cedara b) menaikkan suhu tubuh dan otot c) meregangkan ligament. Menurut Lamb (1984 : 401) pemanasan yang diiakukan dengan benar akan membantu mengurangi terjadinya cedera otot hal ini disebabkan karena : a) meningkatnya enzim pada otot yang bekerja sehingga pelepasan Adenosin Tripospat (ATP) dapat lebih cepat, b) Meningkatkan kecepatan aliran darah. c) keleluasan gerak sendi meningkat. Seiain ditandai dengan meningkatnya temperatur tubuh penguluran dan pemanasan yang benar ditandai adanya peningkatan ventilasi. Ventilasi merupakan hasil kali antara tidal volume dengan frekuensi pemapasan per menit, dengan demikian kenaikan frekuensi pemapasan yang dalam keadaan istirahat berkisar antara 12 sampai 20 kali per menit sedang dalam keadaan beraktivitas (olahraga) dapat mencapai 50 sampai 60 kali per menit.
Ventilasi pada orang dewasa dalam keadaan istirahat 5 sampai 8 liter per menit, sedang dalam keadaan berolahraga yang berat pada seorang wanita dapat meningkat sampai 130 liter per menit dan untuk pria dapa mencapai 180 liter per menit. Besarnya peningkatan ventilasi tiap oarng tidak sama hal ini tergatung macam aktivitas yang diiakukan, intensitas latihan. jenis kelamin dan usia. Bagi orang yang tidak terbiasa berolahraga untuk melakukan aktivitas yang sama cenderung mempunyai peningkatan ventilasi yang lebih besar. Menurut Fox (1981 : 440) dengan penguluran dan pemanasan yang cukup maka akan menyebabkan peningkatan suhu tubuh sehingga berdampak pada : a) peningkatan metabolisme. b) resistensi dinding pembuluh darah akan berkurang sehingga membantu kecepatan aliran darah c) terjadinya peningkatan suhu tubuh dan menbantu keleluasaan gerak sendi sehingga memungkinkan penampilan lebih baik, berkurangnya terjadinya cedera/ sobekr^ya serabut otot. dan otot akan lebih siap menerima beban aktivitas yang lebih berat. Memiliki tingkat kelentukan otot - otot tubuh
yang lebih besar akan menguntungkan dalam banyak banyak hal, struktur yang membatasi kelentukan otot -otot adalah : a) tulang, b) otot, c) tendon dan d) ligamen maupun struktur lain yang berhubungan dengan kapsul sendi.
Peningkatan suhu otot dan darah setelah melakukan pemanasan akan memiliki kesiapan untuk melakukan aktivitas yang relatif lebih berat hal ini disebabkan karena : a) otot akan berkontraksi dan berelaksasi lebih cepat, b) otot akan berkontraksi lebih efisien karena viskositasnya lebih rendah c) hemoglobin akan lebih banyak memberikan 02 dan pelepasannya lebih mudah. Kenaikan suhu tubuh akibat pemanasan yang efektif dapat mencapai 2-3 °C menyebabkan proses metabolisme menjadi lebih cepat dan setiap
kenaikan 1 "C dapat meningkatkan metabolisme sebesar 13 persen sedangkan peran saraf pada persendian dapat meningkat 8 kali. Kenaikan suhu tubuh semacam ini sebagai hasil dari metabolisme yang sumber utama panasnya adalah jaringan yang paling aktif yaitu hati. kelenjar sekresi. dan otot. Suhu masing - masing jaringan dapat berbeda tergantung pada tingkat aktivitas metabolisme, kecepatan darah yang mengalir ke dalamnya. dan perbedaan suhu sekitar.
            Mengenai bentuk pemanasan dan lamanya pemanasan menurut Brooks dan Fahey ( 1984 : 436 ) menyatakan bahwa pemanasan tergantung dari jenis c^bang olahraga yang akan diiakukan, akan tetapi pada umumnya pertimbangan yang harus diiakukan yaitu penggunaan otot utama dalam aktivitas atau olahraga. Sedangkan intensitasnya mulai dari yang ringan ke berat, gerakannya dari yang sederhana ke yang komplek, dari ektrimitas atas ke bawah atau sebaliknya dari bawah ke atas. Hal ini disebabkan karena kira-kira 10 menit setelah berolahraga dengan intensitas khusus memerlukan pencapaian temperatur otot yang mantap, oleh karena itu pada waktu melakukan pemanasan sekurang - kurangnya membutuhkan waktu 10 menit dan yang paling tepat antara 20 sampai 30 menil. Intensitas yang paling tepat untuk mengetahui pemanasan sudah memasuki daerah latihan yaitu dengan mengetahui denyut nadi, pada intensitas sedang yaitu 60 persen dari denyut nadi maksimal, hal ini cukup untuk menaikkan temperatur otot akan tetapi tidak melelahkan.
Pemanasan secara umum terbagi menjadi 2 bentuk yailu pemanasan umum dan pemanasan khusus, pemanasan umum melibatkan sebagian kelompok otot yang secara fisiologis berdampak pada : a) meningkatnya temperature otot, b) meningkatnya kecepatan metabolisme, c) meningkatnya sirkulasi darah, d) memperlancar transport oksigen dan e) meningkatnya impuls saraf Pemanasan khusus meliputi gerakan-gerakan yang menyerupai dengan aktivitas yang scsungguhnya. MC Ardle (1981) dengan melakukan pemanasan dapat memperkecil terjadinya cedera karena : a) relaksasi otot akan lebih cepat, b) resistensi pembuluh darah menjadi lebih rendah, c) temperatur otot yang tinggi memungkinkan hemoglobin melepas oksigen lebih cepat sehingga otot lebih mudah menggunakan oksigen, d) pen^erahan motor unit dalam melakukan aktivitas lebih lancar dan penghantaran impuls saraf lebih cepat dan e) aliran darah ke jaringan
yang aktif lebih lancar hal ini memungkinkan penyediaan energi juga lebih lancar.
Beberapa keadaan fisiologis yang terjadi ketika melakukan warm up. Sebagai contoh adalah peningkatan temperatur tubuh dan otot. Peningkatan temperatur ini mengawali: (1) peningkatan aktivitas enzim dan di dalam reaksi metabolisme yang berhubungan dengan sistem energi, (2) peningkatan aliran darah dan pertukaran oksigen, dan (3) penurunan waktu reflek dan kontraksi (Fox, T.L.E.L., Bowers, R.W., dan Foss, M.L., 1993:297-298). Menurut Michael J.A. (1996: 11) terjadi adaptasi pada peregangan
sebelum latihan. Ha ini terjadi ketika otot secara tiba-tiba diregangkan, maka pertama-tama akan timbul stretch reflex, selanjutnya otot yang diregangkan berkontraksi. Kedua, selama waktu bertambahnya tingkat peregangan, sarung-sarung (lapisan) fascial yang menyelubungi otot akan mengalami perubahan panjang menjadi semipermanen. Sarung-sarung tersebut meliputi epymisium, endomysium dan perimysium. Jaringanjaringan tambahan yang beradaptasi dengan peregangan berubah fungsinya menjadi tendons, ligament, fascia dan jaringan scar. Peregangan pada akhimya dapat menstimulasikan produksi dan penyimpanan bahan yang menyerupai gel yang disebut glycoaminoglycans (GAGs). GAGs bersama-sama dengan air dan asam hyaluron, melumasi dan menjaga jarak kritis antara serat-serat jaringan penghubung dalam tubuh.

Faktor Latihan-latihan Progresif

Relaksasi Otot Progresif (atau PMR) adalah teknik untuk mengurangi kecemasan  dengan bergantian menegang dan relaksasi otot. Ini dikembangkan oleh dokter Amerika Edmund jacobson pada awal 1920-an. Jacobson berpendapat bahwa karena ketegangan otot menyertai kecemasan, seseorang dapat mengurangi kecemasan dengan belajar bagaimana untuk mengendurkan ketegangan otot. PMR memerlukan komponen fisik dan mental. Manfaat dari melakukan PMR Efek langsung dari relaksasi otot progresif mencakup semua manfaat dari respon relaksasi yang dijelaskan pada awal bab ini. Efek jangka panjang dari latihan teratur relaksasi otot progresif meliputi:
* Penurunan kecemasan umum * Penurunan dalam kecemasan antisipatif terkait denganpengurangan * fobia dalam frekuensi dan durasiserangan panik * Peningkatan kemampuan untuk menghadapi situasi fobia melalui paparan dinilai * Peningkatan konsentrasi * Sebuah meningkatnya rasa kontrol atas suasana hati * Peningkatan diri * Peningkatan harga spontanitas dan kreativitas relaksasi otot progresif eknik relaksasi otot progresif melibatkan tegang dan santai, dalam suksesi, enam belas kelompok otot tubuh yang berbeda. Idenya adalah untuk setiap kelompok otot tegang keras (tidak terlalu sulit sehingga Anda tegang, namun) selama sekitar 10 detik, dan kemudian melepaskannya tiba-tiba. Anda kemudian memberikan diri Anda 15-20 detik untuk bersantai, melihat bagaimana kelompok otot terasa saat santai kontras dengan bagaimana rasanya ketika tegang, sebelum melanjutkan ke kelompok berikutnya otot. Anda juga mungkin berkata kepada diri sendiri "Saya santai," "pergi Membiarkan," "Biarkan ketegangan mengalir pergi," atau frase bersantai lain selama setiap periode relaksasi antara kelompok otot yang berurutan. Sepanjang latihan, menjaga fokus Anda pada pedoman muscles.The Anda di bawah ini menjelaskan relaksasi otot yang progresif:
Salah satu upaya yang dilakukan oleh lansia untuk meningkatkan kesejahteraannya adalah dengan memenuhi kebutuhan dasar, diantaranya adalah kebutuhan tidur dan istirahat. Akan tetapi lebih dari 50 % usia lanjut mengeluh kesulitan waktu tidur malam. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat  pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur pada lansia. Penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperiment dengan rancangan one-group before and after intervention design. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan jumlah responden 41 orang. Analisa data statistik yang digunakan adalah Wilcoxon tes. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Indeks) yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia. Hasil penelitian, sebelum latihan relaksasi otot progresif didapatkan 29 orang (70,7%) responden yang mengalami kualitas tidur buruk, setelah latihan relaksasi otot progresif terjadi penurunan menjadi menjadi 15 orang (36,6%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) yang artinya secara signifikan terdapat pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap kualitas tidur lansia. Berdasarkan hasil penelitian, perawat disarankan untuk mengaplikasikan latihan relaksasi otot progresif sebagai salah satu intervensi bagi lansia untuk meningkatkan kualitas tidur.
Tergantung pada sumber rasa sakit Anda, Anda mungkin akan mempertimbangkan kunjungan untuk melihat chiropractor untuk berbagai alasan, paling sering dari cedera tertentu atau sebagai akibat rasa sakit yang tidak diketahui. Melihat chiropractor Anda, bagaimanapun, dapat memungkinkan Anda untuk semakin me rehabilitasi kondisi Anda atau cedera.
Perawatan Luka Banyak Sebentar Banyak penyebab, yang memerlukan pengobatan, dapat dirawat di beberapa kunjungan, atau bahkan kurang. Hal ini penting untuk diingat. Misalnya, seseorang yang mengalami sakit ketika mereka duduk untuk jangka waktu tidak mungkin memerlukan usaha yang lama untuk menghilangkan rasa sakit mereka, itu hanya dapat bahwa pinggul mereka keluar dari tempat yang sedikit, misalnya. Namun, ada luka dan menyebabkan rasa sakit yang memerlukan rencana rehabilitasi progresif.

Bedah dan Obat untuk Cedera Parah Mungkin hal terbaik tentang rehabilitasi progresif adalah bahwa jika kondisi Anda atau cedera tidak memerlukan pembedahan atau obat-obatan, hasil dapat dicapai tanpa mereka. Perawatan chiropractic bangga bisa membantu penderita dengan lega dalam program rehabilitasi mereka tanpa memerlukan obat-obatan yang tidak perlu. Berolahraga Membantu Rehabilitasi Kecepatan Salah satu aspek penting dan bermanfaat tentang rehabilitasi progresif dengan penyedia perawatan chiropractic adalah bahwa Anda terkena latihan, yang dapat dilakukan di luar kantor. Anda tidak diharuskan untuk memiliki sebuah kunjungan dalam setiap contoh di mana anda merehabilitasi kondisi Anda: Anda dapat membantu kondisi Anda pada waktu anda sendiri dan di rumah anda sendiri.

Faktor cidera disebabkan oleh Psikologi

Faktor Kondisi Psikologi

Faktor kepribadian adalah faktor yang pertama yang berhubungan cedera atlet. Para peneliti ingin memahami apakah konsep diri, pengaruh dari dalam-luar dan berpikir keras sangat berhungn dengan cedera. Atlet yang mempunyai konsep diri yang rendah mudah terjadi cedera dibandingkan yang mempunyai konsep diri tinggi. Penelitian terbaru menunjukan bahwa faktor pesonaliti seperti optimisme, percaya diri, ketabahan dan kecemasan berperan dalam cedera atlet.
2.      Tikatan Stress
Tikatan stress telah diidentifikasi juga berperan penting dalam cedera atlet. Penelitian telah membuktikan hubungan antara tekanan hidup dan tingkat cedera. Pengukuran tingkat stres ini di fokuskan pada perubahan hidup, contohnya putus cinta, pindah ke kota baru, menikah atau perubahan status ekonomi. Secara keseluruhan bukti-bukti menunjkan bahwa atlet dengan pengalaman tekanan hidup yang lebih tinggi lebih sering cedera dibandingkan atlet dengan tekanan hidup yang lebih rendah. Sebaiknya para instruktur profesional sebaiknya memahami perubahan ini, secara hati-hati memonitor dan memberikan pelatihan hidup secara psikologis.
Penelitian juga telah mengidentifikasi stress muncul pada atlet ketika cidera dan ketika di rehabilitasi saat cedera. Contohnya kurannya perhatian, terisolasi. Teknik management pelatihan stress tidak hanya menolong atlet dan instrutur lebih efektif secara penampilan tetapi juga mungkin menghindari resiko mereka cedera dan sakit.

          Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa cedera tidak hanya dipengaruhi oleh faktor fisik, namun faktor psikologis juga sangat berpengaruh. Karena faktor psikologis juga sangat berpengaruh terhadap resiko cedera seorang atlet, maka salah satu cabang ilmu psikologi yakni Psikologi Olahraga memberikan berbagai pengetahuan tentang apa saja faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi cedera, bagaimana penanganan atlet secara psikologis baik ketika mengalami cedera maupun pasca penyembuhan cedera. Peranan ilmu Psikologi dalam penanganan cedera dalam olahraga seperti menganalisa reaksi emosional atlet ketika mengalami cedera, melakukan pemulihan secara psikologis, membangun hubungan interpersonal yang baik dengan atlet yang cedera guna memberikan terapi yang tepat agar cedera yang dialami atlet tidak menjadi beban baginya, mendidik dan memberikan pengetahuan atlet yang cidera tentang proses dan pemulihan cidera, serta memaksimalkan dukungan dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan orang-orang terdekat yang dapat memberikan support kepada atlet yang mengalami cedera. Dengan demikian para pelaku dalam dunia olahraga sudah semestinya memahami bahwa cedera bukan hanya fisik, namun disana juga terdapat faktor psikologis. Sehingga atlet yang mengalami cedera tidak hanya diberikan pemulihan secara fisik, pemulihan secara psikologis juga akan sangat berpengaruh terhadap kesembuhan cedera yang dialami dan resistensi terhadap resiko cedera yang dapat dialami atlet.